
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyelenggarakan Fintech Lending Days (FLD) 2025 untuk meningkatkan inklusi keuangan di kalangan pelaku UMKM serta memperluas literasi finansial bagi masyarakat di Sorong, Papua Barat Daya.
Diikuti oleh lebih dari 25 pelaku UMKM lokal dan 31 platform pinjaman daring (pindar/fintech lending) beserta ekosistemnya, penyelenggaraan FLD 2025 merupakan salah satu katalis untuk mendorong pembiayaan produktif di wilayah timur Indonesia.
“Acara ini memiliki arti yang sangat penting bagi pengembangan industri pindar khususnya di daerah timur Indonesia,” ujar Kepala Direktorat Pengawasan Usaha Pembiayaan Berbasis Teknologi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indra dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Ia menyatakan pengembangan UMKM di Indonesia harus dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders).
Menurutnya, diperlukan sinergi antara pelaku pindar, kelompok usaha UMKM, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), media massa, bank umum, Bank Pembangunan Daerah (BPD), serta Bank Perkreditan Rakyat (BPR) setempat.
Ketua Umum AFPI Entjik S. Djafar menuturkan Fintech Lending Days hadir sebagai wujud komitmen pihaknya untuk mendekatkan layanan pindar kepada seluruh kelompok masyarakat, khususnya di wilayah timur Indonesia.
Ia menyampaikan bahwa berdasarkan data OJK, nilai pembiayaan fintech lending di luar Pulau Jawa hanya sebesar 21,59 persen dari total penyaluran nasional.
“Kami ingin mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan yang lebih merata serta membuka akses pembiayaan yang lebih luas dan aman bagi pelaku UMKM,” kata Entjik S. Djafar.
Gubernur Provinsi Papua Barat Daya Elisa Kambu menyatakan bahwa literasi keuangan tidak hanya soal meningkatkan inklusi dan pemahaman masyarakat terhadap layanan finansial, tapi juga memberikan pemberdayaan ekonomi terhadap masyarakat.
“Oleh karena itu, kami mendukung penuh kehadiran pindar sebagai alternatif pembiayaan yang aman serta bertanggung jawab. Kami juga berharap solusi seperti ini terus berkembang untuk menjangkau seluruh pelosok Indonesia, termasuk di wilayah-wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal),” ucap Elisa Kambu.