
Kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump ke sejumlah negara berpotensi berdampak pada perekonomian global. Tak terkecuali Indonesia, yang dikenakan tarif bea masuk hingga 32%.
Kondisi ini lantas berpotensi memukul sejumlah komoditas ekspor asal RI ke negeri Paman Sam. Bahkan warga AS juga bisa menjadi korban perang dagang karena mereka harus membayar harga produk impor lebih mahal.
Trump sendiri saat ini memilih untuk menunda pengenaan tarif demi memberi ruang negosiasi agar ketegangan dagang tak berujung pada pembalasan yang merugikan kedua pihak.
Indonesia diketahui selama ini menyuplai produk perikanan, sehingga akan sangat menentukan ketersediaan dan harga komoditas tersebut di Amerika. Mulai dari ikan, kerang, dan olahannya merupakan salah satu pasar utama bagi produk perikanan Indonesia di AS.
Berdasarkan data dari United States Department of Agriculture (USDA), Indonesia konsisten berada di posisi 10 besar sebagai pemasok produk ikan, kerang, dan olahannya ke Amerika Serikat. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi fluktuasi dalam nilai ekspor komoditas tersebut.
Berdasarkan data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), nilai ekspor total produk perikanan dan kerang-kerangan (fish and shellfish) Indonesia ke AS mencapai US$2,00 miliar pada 2023. Angka ini membuat Indonesia menjadi salah satu eksportir utama ke Negeri Paman Sam, namun masih berada di bawah India (US$2,54 miliar) dan Chile (US$3,24 miliar).
Dalam kategori “prepared fish and shellfish” produk olahan siap saji yang nilainya kian penting dalam perdagangan global Indonesia mencatat nilai ekspor sebesar US$847,6 juta pada 2023, naik pesat dari US$804,6 juta tahun sebelumnya. Namun posisi ini masih tertinggal dari Thailand yang jadi juara di segmen ini dengan nilai ekspor US$891,3 juta ke AS.
Sementara itu, pada kategori ikan fillet dan cincangan (fish fillets and mince), ekspor Indonesia mencapai US$374,1 juta. Angka ini berada di bawah Vietnam (US$521,3 juta), China (US$979,4 juta), dan Chile yang sangat dominan di kategori ini dengan ekspor mencapai US$2,88 miliar pada 2023.
Yang menarik, untuk ekspor kerang dan udang beku (shellfish, fresh or frozen), Indonesia menempati posisi yang lebih kuat dengan nilai US$756,9 juta. Namun lagi-lagi India mendominasi pasar ini dengan nilai US$1,91 miliar, disusul oleh Kanada.
Lantas kenapa RI masuk dalam daftar kebijakan kenaikan tarif impor Trump?
Jika dilihat dari perdagangan AS, neraca perdagangan Paman Sam dengan Indonesia saat ini negatif (defisit), artinya nilai impor AS dari RI lebih besar daripada nilai ekspor AS ke RI. Dari data Gedung Putih, nilainya minus US$ 18 miliar.
Selain itu, dari data tarif resiprokal yang diumumkan Trump, terlihat bahwa RI menerapkan tarif impor 64% ke barang AS. Namun ini juga termasuk “manipulasi mata uang” dan apa yang disebut Trump “trade barrier”.
Sebelumnya, pengumuman itu sendiri diberikan Trump saat mengumumkan tarif resiprokal, timbal balik, sebesar 10%. Namun ada sejumlah negara yang mendapat kenaikan tarif lebih tinggi.
Dalam sebuah video, Trump menunjukkan sebuah papan berisi deretan negara-negara yang ia kenakan tarif baru. Awalnya ia menyebut China dan Uni Eropa di urutan awal dengan 34% dan 29%.
Kemudian ia menyebut Vietnam, Taiwan dan Jepang serta India. Setelahnya ia baru menyebut Indonesia, Malaysia dan Kamboja secara bersamaan.
“Indonesia, Malaysia, Kamboja… Oh coba lihat Kamboja 98%, kita akan membawanya ke 49%. Mereka mengambil keuntungan dari Amerika Serikat,” tambahnya.