Kementerian Pertanian (Kementan) mengingatkan masih adanya potensi ancaman terhadap panen beras pada awal tahun 2025. Meskipun produksi diperkirakan meningkat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, kondisi cuaca dan dampak perubahan iklim masih menjadi perhatian utama.
Staf Ahli Menteri Bidang Investasi Pertanian Kementan, Suwandi menyebut dampak El Nino pada 2023 lalu telah menurunkan produktivitas beras di tahun 2024. Namun, katanya situasi itu kini sudah berangsur membaik, bahkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren positif.
“Produksi beras tahun 2024, Januari, Februari, Maret 2024 itu dampak El Nino. Jadi tanaman Oktober, November, Desember 2023 itu kering, produksi merah, tekornya banyak. Namun, (produksi beras) hingga Desember 2024 kondisi membaik. Data BPS untuk Januari tahun depan panen lebih tinggi 30-40% termasuk Februari, bahkan Maret puncak raya,” jelas Suwandi dalam Rapat Koordinasi Inflasi Daerah, Senin (30/12/2024).
Meski begitu, Suwandi menyebut adanya potensi tantangan baru yang muncul saat memasuki musim hujan. Beberapa daerah yang menjadi lumbung padi, seperti Jawa Timur, menghadapi risiko banjir yang dapat mengganggu panen.
“Maret-April perlu diantisipasi, perlu adanya solusi-solusi panen di saat hujan beberapa daerah kena banjir,” ujarnya.
Kementan menekankan pentingnya antisipasi dan solusi agar produksi tidak terganggu. Upaya mitigasi, seperti perbaikan irigasi, menjadi prioritas pemerintah saat ini untuk menghadapi potensi dampak buruk gagal panen.
Lebih lanjut, Suwandi juga menyoroti peran Jawa Timur sebagai salah satu produsen beras terbesar di Indonesia. Meski sempat terdampak kekeringan pada akhir 2023 lalu, wilayah ini diproyeksikan mampu menutup kekurangan produksi di bulan-bulan berikutnya.
“Jawa Timur menjadi andalan. Sebenarnya Jawa Timur merupakan produsen terbesar di RI, dampak yang kemarin terasa, itu tertutup di bulan berikutnya,” tukas dia.
Secara keseluruhan, kondisi produksi beras pada Desember 2024 menunjukkan peningkatan tipis dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, lonjakan lebih besar diharapkan terjadi mulai Januari 2025.
“Kondisi Desember 2024 memang lebih tinggi dibandingkan 2023, tetapi tipis. Januari dan Februari 2025 naiknya akan lebih tinggi dibandingkan yang sebelumnya,” tuturnya.
Dengan peningkatan produksi yang diperkirakan signifikan, pemerintah optimistis swasembada beras semakin dekat. Namun, kesiapan menghadapi ancaman cuaca tetap menjadi kunci keberhasilan.