Presiden Rusia Vladimir Putin kembali melontarkan ancaman nuklir kepada negara-negara Barat. Hal ini terjadi saat eskalasi hubungan antara Moskow dengan Amerika Serikat (AS) dan Eropa terus memuncak lantaran perang di Ukraina.
Dalam parade Angkatan Laut Rusia, Minggu waktu setempat, Putin mengancam akan meluncurkan kembali produksi senjata nuklir jarak menengah. Ini jika AS mengkonfirmasi niatnya untuk menyebarkan rudal ke Jerman atau tempat lain di Eropa.
“Jika AS melaksanakan rencana tersebut, kami akan menganggap diri kami terbebas dari moratorium sepihak yang sebelumnya diadopsi terkait pengerahan kemampuan serangan jarak menengah dan pendek,” kata Putin saat parade yang diadakan di Saint Petersburg itu dikutip AFP, Senin (29/7/2024).
Putin menambahkan bahwa saat ini di Rusia pengembangan sejumlah sistem rudal jarak menengah sedang dalam tahap akhir. Padahal, sistem rudal itu, yang memiliki kemampuan jarak 500 km dan 5.500 km, merupakan subjek perjanjian pengendalian senjata yang ditandatangani oleh AS dan Uni Soviet pada tahun 1987.
“Kami akan mengambil langkah-langkah serupa dalam penyebarannya, dengan mempertimbangkan tindakan AS, satelitnya di Eropa, dan di wilayah lain di dunia,” tegas Presiden Rusia itu.
Rusia dan AS sendiri menarik diri dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah pada tahun 2019, masing-masing menuduh pihak lain melakukan pelanggaran. Moskow kemudian mengatakan tidak akan memulai kembali produksi rudal tersebut selama Washington tidak menyebarkan rudal di luar negeri.
Pada awal Juli, Washington dan Berlin mengumumkan bahwa “penyebaran episodik” rudal jarak jauh AS. Salah satu rudal jelajah AS, Tomahawk, akan didistribusikan ke Jerman pada tahun 2026.
Putin mengatakan bahwa ‘situs administratif dan militer penting Rusia’ akan berada dalam jangkauan rudal tersebut di masa mendatang. Ia mengatakan wilayah Rusia akan berada dalam jarak sekitar 10 menit dari serangan yang diluncurkan rudal itu.
Perang Dingin
Sementara itu, Presiden Rusia itu juga menyebutkan bahwa AS telah menyebarkan sistem rudal jarak menengah Typhoon di Denmark dan Filipina dalam latihan baru-baru ini. Situasi, kata dia, mengingatkan kita pada peristiwa Perang Dingin yang terkait dengan penempatan rudal jarak menengah Pershing Amerika di Eropa.
AS menempatkan rudal balistik Pershing AS di Jerman Barat pada tahun 1980-an di puncak Perang Dingin. Kemudian, rudal AS terus ditempatkan selama penyatuan kembali Jerman dan hingga tahun 1990-an.
Namun setelah berakhirnya Perang Dingin, Washington secara signifikan mengurangi jumlah rudal yang ditempatkan di Eropa karena ancaman dari Moskow mereda. Kremlin telah memperingatkan pada pertengahan Juli bahwa usulan penempatan AS akan berarti bahwa ibu kota Eropa akan menjadi sasaran rudal Rusia.
“Kami mengambil langkah mantap menuju Perang Dingin. Semua atribut Perang Dingin dengan konfrontasi langsung akan kembali,” kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada seorang reporter TV pemerintah.